Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Bidang Sekolah Menengah Disdik Barito Kuala -- Kalsel --

BIDANG SEKOLAH MENENGAH DISDIK BARITO KUALA

MIMBAR KABID SEKMEN
Petuah Awal Tahun
As.Wr.Wb
Mengawali tahun 2009 melalui Mimbar Kabidsekmen tentunya semua kita berharap agar di dalam hari-hari menapakinya, segalanya kian bertambah baik dibanding tahun-tahun kemarin.
Kami segenap punggawa dan para abdi dalem yang menggawangi tupoksi di Bidang Sekolah Menengah Dinas Pendidikan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala berharap pula kepada segenap kawan-kawan pengabdi ---pekerja--- pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan, mari kita bersama-sama untuk terus berupaya memajukan pendidikan di tempat kita tercinta ini semaksimal kemampuan yang ada pada kita dan dijiwai dengan semangat nurani yang tulus dan ikhlas sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan kita selaku khalifah fiil ardh.
Sudah saatnya kita tinggalkan dan tanggalkan segala macam bentuk ketidakbagusan laku perbuatan kita di tahun-tahun terdahulu. Kita sonsong tahun 2009 dengan semangat yang tinggi disertai tindakan nyata, sembari mengharap ridha Allah SWT, sang khaliq yang maha kasih dan sayang dengan hambanya.
Mari kita berbuat dan bekerja dengan 'nawaitu lillahi ta'ala' semata, agar berkesesuaian dengan maksud firmannya, "Wama khalaqtul jinna wal insa illaa liya'buduun". Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali semata-mata untuk beribadah kepada-Ku.
Artinya adalah bahwa segenap aktivitas keseharian kita pada hakekatnya hanya melaksanakan ibadah kepada Allah. Ibadah jangan hanya dipandang dari sudut "Ibadah Sadar" yang tertentu waktunya dan hitungannya sebagimana shalat, puasa, zakat, haji, qurban, tetapi juga kita bangkitkan energi "Ibadah Bawah Sadar" kita semisal membuang duri di jalan dapat saja ibadah apalagi mengajar dan belajar, asalkan diniatkan karena Allah maka jadilah perbuatan kita itu dinamai ibadah.
Perbaharui tekad dan niat hati kita, lurus dan tulus karena Allah, agar apa saja yang kita lakukan dapat bernilai ibadah dihadapan Allah, dan disenangi para penduduk langit.
Wassalam.

Sabtu, 07 Maret 2009

ORANG TUA BOLEH MISKIN DAN TIDAK BERPENDIDIKAN, NAMUN SI ANAK TIDAK BOLEH MISKIN DAN HARUS BERPENDIDIKAN

Ada sebuah slogan, pemeo, atau boleh pula dinamai semacam 'tekad' masyarakat di negara-negara yang sudah maju pendidikannya, yakni 'Orang Tua Boleh Miskin dan Tidak Berpendidikan, Namun Si Anak Tidak Boleh Miskin dan Harus Berpendidikan'.

Bagus sekali falsafah tersebut sekiranya dapat kita 'bumikan' di tengah-tengah masyarakat kita. Dan alangkah lebih bagus lagi seandainya 'tekad seperti itu' tumbuh dan berkembang murni dari bawah "buttom up" sehingga antara gaung bahana dan kenyataannya menjadi lebih sama nyaringnya, lebih cepat terlihat hasilnya. Karena apabila sesuatu pure dari bawah maka pemerintah dan penyelenggara pendidikan tinggal memainkan peran sebagai direjen saja lagi tidak perlu mengambil peran sebagai penyanyi dan sekaligus merangkap sebagai pemain orkestra. Repot jadinya.

Sebagai contoh, program tuntas wajar sembilan tahun, karena itu tidak lahir sebagai tekad warga bangsa maka beban pemerintah guna mengejar ketuntasan tersebut lebih berat.

Yang mengharapkan supaya seluruh anak bangsa berpendidikan minimal jenjang menengah pertama atau madrasah tsanawiyah, kesan yang muncul hanya di sisi pemerintah saja sementara di masyarakat terlihat adem. Padahal seharusnya masyarakat yang sangat berkepentingan untuk menyekolahkan anaknya. Inilah typikal masyarakat kita yang harus kita ubah cara berpikirnya. Dan perubahan karakter serta budaya yang mohon maaf terkesan 'pasif' ini tentu tidak mudah dan tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah semata. Haruslah pula dibutuhkan keterlibatan setiap elemen anak bangsa di dalam mendorong, menggerakkan, memotivasi, mamacu semangat ingin maju tiap individu masyarakat kita.

Kita kubur kebiasaan yang selalu menunggu komando dari atas membuktikan kita ini manusia yang punya hasrat, punya tekad, punya prinsif, punya falsafah, punya motivasi, punya kemauan, punya nalar, karena kita bukan robot, dan memang sekali lagi bukan robot.

Andaikan 80% saja dari total masyarakat kita memiliki tekad yang sungguh-sungguh sebagaimana pemeo atau slogan, atau jargon, atau falsafah seperti di atas yang tertanam kuat di hati, tentu akan turut pula mengubah wajah pendidikan kita.


Click Here ~

BETAPA PERLUNYA KITA PERDALAM KAJIAN AGAMA

Tidak salah kiranya kalau blog yang didominasi materi pendidikan sekali-sekali memuat juga masalah-masalah keagamaan sebagai pencerahan bagi kita semua, agar dengan semakin banyak kita perdalam kajian agama maka diharapkan semakin mewarnai perilaku kehidupan kita sehari-hari di saat melakukan aktifitas pokok kita.

Apalagi disaat-saat sekarang ini, dimana yang namanya makhluk 'dunia' semakin menampakkan keglamorannya dengan mempercantik tampilannya sehingga mampu menggoda dan menghipnotis siapapun, kapanpun, dan dimanapun, terhadap mereka yang tidak menyadari bahwa sesungguhnya dunia ini adalah 'fana', tidak kekal abadi dan penuh tipu muslihat.

Oleh sebab itu, sandaran dan benteng yang mampu menolak semua godaannya kecuali dengan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama secara lurus dan benar.

Maka dari itu, tidak salah kiranya kalau kami mengajak juga kepada pembaca blog ini untuk berkenan melongok 'Link RELIGI' pada pojok kanan atas dan sekaligus juga menambah apapun pendapat dan pengetahuan serta pandangan agama dari si pembaca untuk di tambahkan pada kolom komentar biar semua kita bisa sharing dan saling mengingatkan bagi kebaikan sesama, fastabiqul khairat.




Click Here ~

TULISAN INI BUKANLAH SEBUAH PEMBELAAN HANYA SEBUAH REALITA

Harap dimengerti bahwa tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan, hanya mencoba sedikit mengemukakan realita dan fakta yang harus kita sadari bersama agar setiap kita dapat memahami fungsi masing-masing dan mempunyai tanggungjawab secara kolektif pula terhadap pendidikan kita.

Undang-undang sudah jelas menyatakan bahwa tanggung jawab pendidikan ada pada tiga komponen, yakni: pemerintah, masyarakat, dan orang tua.

Kalau ketiga unsur tersebut tidak berjalan beriringan dan hanya mengandalkan salah satu saja jelas berat bagi bangsa ini untuk bisa mensejajarkan mutu pendidikan dengan negara yang sudah maju.

Sekarang kita coba bahas sekilas apa saja yang telah diupayakan ketiga komponen tersebut dengan memaparkan contoh sederhana, tidak yang kompleks:

1. Pemerintah; Jujur saja bahwa sesungguhnya sudah banyak hal yang dilakukan pemerintah guna memajukan pendidikan negeri ini. Membangun gedung-gedung sekolah baru, menambah ruang kelas baru utk perluasan daya tampung, merehabilitasi sekolah, memberikan beasiswa, meningkatkan kualifikasi tenaga pendidik, meningkatkan kesejahteraan guru, membiayai operasional sekolah, menyediakan buku-buku sekolah, memformulasikan kurikulum sesuai dengan dinamisasi global, menambah anggaran pendidikan dan lain sebagainya.

Masih kurang? ya jelas kalau kita mencari kekurangannya, jelas kurang karena tidak ada rumusnya sesuatu itu cukup apabila dipandang dari sudut 'syahwat' kemanusiaan kita. Dan itu disadari sembari terus melakukan upaya-upaya perbaikan disetiap tatanan program dan kebijakan.

2. Masyarakat; banyak juga yang sudah dilakukan masyarakat kita, namun agak sulit mencari contoh konkritnya, karena sumbangsih yang dilakukan masyarakat kita memang diakui selama ini yang terbanyak dalam bentuk 'oral critic' bukan material support dan 'real eksyen'. Hanya sedikit sekali yang berkiprah disertai tindakan nyata. Yang terbanyak adalah masa bodoh, cuek, dan tidak pedulian.

Contoh sederhana saja manakala pelajar tawuran di luar jam sekolah dijalanan, di lingkungan masyarakat berpopulasi, ternyata masyarakat kita cuman menonton dan tak berbuat. Padahal jelas di antara yang tawuran mungkin saja ada kerabatnya, anak kerabatnya, familynya, anak familynya dan seterusnya. Namun hal itu diasumsikan semuanya adalah menjadi urusan aparat dan instansi terkait. Demikian pula halnya jikalau mereka melihat pelajar berseragam keluyuran di pasar, di mall, di jalanan sembari berpacaran, merokok, tak ada yang peduli. Karena semua itu dikatakan tanggung jawab sekolah bukan masyarakat.

Lalu, mungkinkah setiap tenaga pendidik di sekolah yang jumlahnya tidak banyak itu selain mengajar di kelas juga harus meronda pasar, jalanan, mall, dan tempat lainnya untuk mengawasi murid yang memang sudah dari rumah bolos? tanpa sepengetahuan orang tuanya? Jujur saja, tak banyak yang dilakukan masyarakat kita dalam membantu pendidikan kecuali apa yang sudah di sebutkan di atas.

3. Orang Tua Murid; Di negeri kita, perhatian orang tua murid terhadap pendidikan anaknya sangat kurang. Setiap terjadi berbagai bentuk kenakalan siswa yang disalahkan lagi-lagi sekolah. Si anak bolos sekolah juga sekolah. Si anak kecanduan narkoba juga sekolah, si anak pacaran juga sekolah yang disalahkan.
Coba bayangkan, 1 orang guru apakah dapat dituntut tanggung jawabnya terhadap 35 - 40 siswanya perkelas binaannya? Sementara orang tua yang hanya mengurus paling banter 4 orang anaknya saja kedodoran?!

Padahal kalau kita mau jujur, orang tua atau keluarga jauh memiliki jumlah waktu yang banyak untuk mendidik sang anak dibanding dengan sekolah yang hanya 6 jam sehari, dan orangtua atau kelurga memiliki waktu 18 jam. Dan ternyata selama waktu 18 jam tersebut yang diperoleh si anak di lingkungan keluarganya bukannya didikan yang baik. Contoh konkrit bahwa si anak bisa merokok pastilah berasal dari ligkungan rumah tangga, keluarga, dan di lingkungan masyarakat dan tidak jarang kelakuan itu terbawa-bawa ke sekolah. Si anak tidak belajar di rumah dan tidak mengerjakan PR hanya nonton sinetron saja orang tua tidak dapat mendidik anaknya. Lantas apakah semuanya hanya dibebankan kepada sekolah dan para guru? Lalu peran orang tua mana? Wibawa orang tua mana? Kepedulian orang tua mana?

Oleh karena itu maka, dari sedikit contoh di atas yang dikemukakan ( walau sesungguhnya banyak sekali contoh lainnya sekiranya mau kita kemukakan) seandainya kita semua berlaku jujur dan sedikit gentle mengakui kesalahan kolektif ini tentu semua kita harus berbuat, dan melakukan tindakan nyata sesuai dengan porsi tanggung jawab kita semua dengan tidak melulu mempersalahkan satu komponen pilar saja. Insya Allah akan mempercepat kemajuan dunia pendidikan kita. Karena kita semua berbagi tugas, peran, dan tanggung jawab sehingga segala sesuatunya menjadi ringan. Tidak seberat apabila ditanggung sendiri.

Click Here ~

Jumat, 06 Maret 2009

APAKAH SEMUA ITU SUDAH CUKUP ???

Semua teknik mengajar, metode mengajar, pendekatan materi, perangkat pembelajaran, saya rasa semua guru sudah mafhum adanya. Semuanya sudah 'hafal-hafil' paling tidak secara teoritis. Betulkan?

Hanya saja, apakah semua itu sudah cukup? Jawabnya akan kita coba bahas sedikit diblog ini...

Memang faktanya banyak juga guru pintar atau guru cerdas, tapi belum tentu guru cerdas atau guru pintar tersebut mampu menularkan kecerdasannya kepada muridnya. Sebab kian cerdasnya si guru terkadang malah tak tertelan ujaran-ujarannya oleh si murid yang berbeda-beda tingkat inteligensinya. Sehingga yang tambah cerdas cuman si guru itu sendiri. Si murid tak mampu menggapai pola pikir si guru. Hasil akhirnya adalah hanya 10% dari isi materi yang termakan si murid.

Artinya adalah bahwa guru yang cerdas saja belum tentu menjadi sebuah jaminan si muridnyanya ikut-ikutan cerdas. Oleh karena itu, si guru haruslah pula menguasai teknik berkomunikasi. Siapa, apa, dan bagaimana, tingkat audiens yang dihadapinya. Karena penalaran si guru berbeda jauh dengan tingkat penalaran anak didiknya.

Maka dari itu, untuk mengukur daya serap diperlukan sebuah umpan balik. Namun yang umum dilakukan utk cek umpan balik tersebut hanyalah dalam bentuk penugasan-penugasan dan soal-soal latihan atau ulangan yang diberikan oleh guru.

Lantas cukupkah itu? Jawabnya belum sepenuhnya terukur. Karena yang diukur dan yang digali hanya daya serap si murid saja. Sementara si guru selama ini belum pernah mendapat penilaian jujur dan terbuka dari si murid. Karena setiap guru pastilah memiliki kelemahan dan kekurangan pula yang tentunya berdampak kepada si murid.

Untuk itulah perlu keberanian dan kebesaran hati bagi si guru untuk menjaring tanggapan, opini, penilaian, dan kritik konstruktif para siswa terhadap gaya mengajar, teknik mengajar, metode mengajar si guru dalam sudut pandang anak didiknya. Dan ini sesungguhnya penting dibudayakan agar guru mengenali dan menyadari titik kekurangan dan kelemahannya untuk kemudian melakukan perbaikan.

Bentuknya dapat saja berupa angket yang memuat item-item pertanyaan yang sifatnya menggali tanggapan anak didik secara jujur, objektif, dan apa adanya. Awalnya memang terasa menyesakkan bagi si guru. Tapi lama-kelamaan pasti akan terbiasa. Dan hasilnya akan sungguh luar biasa.
Mari, cobalah membangun keberanian dan kebesaran jiwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat raport mengajar kita. Jangan hanya murid yang diberikan raport penilaian. Take and give, oke???


Click Here ~

SALUT SMPN 1 TAMBAN !!!

Salut untuk SMP Negeri 1 Tamban. Dan ini sebuah reward bagi Kepala Sekolah dan juga dewan guru serta komite sekolah di sana dari kami, khususnya Bidang Sekolah Menengah Disdik Barito Kuala.

Apa gerangan yang menggelitik dan menggugah kami sehingga pantas untuk menyatakan rasa salut dan bangga secara terbuka seperti ini?

Ini tiada lain karena SMPN 1 Tamban di bawah kepemimpinan kepala sekolah yang baru telah perlahan namun pasti membawa SMPN 1 Tamban menuju realisasi sebuah sekolah yang akan benar-benar menerapkan konsep MBS.

Ini terbukti dengan beberapa terobosan yang telah dilakukan. Antara lain, sekolah dengan dukungan penuh komite baik tenaga, materiil, telah melakukan pembenahan dan pemasiran halaman sekolah yang tidak sepeserpun membebani anggaran daerah dan anggaran sekolah. Juga atas inisiatif kepala sekolah yang telah menghimpun alumnus SMPN 1 Tamban, berhasil memprogramkan pembangunan mushalla sekolah melalui sokongan dana dari para alumnus yang telah sukses di segala bidang.
Di sana juga telah ada mesin uang sekolah yang dapat diandalkan untuk menambah kocek sekolah berupa mesin photocopy. Dan di sana juga menyediakan /menyewakan, aula untuk acara hajatan perkawinan.

Artinya di sana ada kemandirian sekolah dalam hal mencari sumber-sumber dana secara sukarela dan bukan pungutan, melainkan kegotongroyongan atau gawi sabumi dari hasil musyawarah ala warung kopi dan bukan di sekolah. Di sana ada kekompakan antara kepala sekolah dgn dewan guru dan dengan komite serta orang tua murid. Di sana ada banyak gagasan dan kreatifitas plus inisiatif dari seorang kepala sekolah yang energik yang benar-benar berniat ingin memajukan sekolah. Kemudian di sana pun yang namanya transparansi telah pula mulai diterapkan, saling mempercayai antara pihak sekolah dengan komite sekolah dan orang tua murid.

Kiatnya adalah bahwa seorang leader seperti kepsek memang harus benar-benar membaur, bergaul, menyatu dengan masyarakat sekitar. Kalau sudah demikian, biasanya, apa pun yang ingin digagas oleh kepsek pastilah mendapat support penuh dari komite dan ortu murid sebagaimana yang dipraktekkan oleh kepala SMPN 1 Tamban.

Dan memamng intinya, MBS kalau mau jalan di sebuah sekolah, rumusnya tiada lain adalah pendekatan, pembauran, bersosialisasi dengan warga di lingkungan sekolah.

Semoga apa yang berlangsung di SMPN 1 Tamban cepat menular dan mewabah ke sekolah-sekolah lainnya.

Click Here ~

MENUNTUT ILMU ITU WAJIB ???

Thalabul 'ilmi faridhatun ala kulli muslimin. Nah..., menuntut ilmu itu menurut nabi kita Muhammad SAW wajib bagi orang muslim, baik itu muslim laki-laki maupun muslim perempuan.
Lantas ilmu apa yang wajib kita tuntut? Sekali lagi nah..., di sini kita akui memang banyak yang berbeda persepsi. Tapi tidak mengapa karena perbedaan itu sendiri ternyata  'rahmatan lil'aalamiin'.
Sebagian dari kita menganggap yg wajib itu hanyalah ilmu agama, benar, tidah salah juga. Sementara yang lain mengatakan ilmu umum itu sunat saja, bahkan ada yang mengklasifikan sebagai kategori 'boleh' saja, juga benar. Karena pemilik kebenaran sejati hanyalah Allah Ajza Wajalla.

Dan pendapat yang keberikut, yang saya sendiri ikut di dalamnya mengatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib berlaku untuk semua ilmu. Mengapa demikian, karena yang namanya ilmu itu tidak  berdiri sendiri tetapi dia saling bersinergi. Buktinya, seseorang yang mempelajari ilmu agama, kebetulan topiknya tentang shalat saja tentu dia harus tahu arah kiblat. Nah, konteks secara langsungkan tentu berkaitan dengan ilmu bumi, geografi, ilmu hitung, guna mengetahui posisi dan derajat kiblat dari arah mata angin (timur, barat, utara, selatan). 

Konteks secara tidak langsung contohnya orang luar Arab Saudi kalau mau ibadah haji tentu butuh sarana transportasi, Infra struktur jalan, Bis, Pesawat, Kapal Layar atau Kapal laut, yang kesemuanya itu dibuat dengan kajian ilmu sains dan teknologi (ilmu umum) bukan?. 

Oleh karena itu maka nabi pernah mengatakan " Uthlubul "ilmi Walaubissini" Tuntutlah ilmu sekalipun kenegri china.

Pertanyaan kita, apakah china sebagai sumber ilmu-ilmu agama? tidak. Tapi cina adalah sumbernya ilmu-ilmu budaya dan seni karena china adalah termasuk daratan yang memiliki budaya yang tua juga di permukaan bumi.

Kiranya sudah cukup segitu dulu contoh untuk mewakili bahwa kenapa saya ikut pendapat yang ketiga. Sementara masih banyak contoh-contoh lain yang memperkuat bahwa ilmu yang beragam itu saling bersinergi dan berinteraksi satu sama lain. Dan pasti ada koneksitasnya, yang kesemuanya itu bermuara kepada pengenalan akan ZAT yang maha agung sesungguhnya, sebagaimana penemuan akan pesawat antariksa yg ke bulan justru membenarkan kejadian peristiwa Isra Mi'raj nabi, yang pada masa lampau, tentu agak sulit masuk akal bagi kaum yang tidak beriman kepada Nabiullah Muhammad SAW. Namun sekarang, hanya dengal ilmu manusia yang cuman sedikit sekali ternyata membuktikan akan kebenaran kejadian itu. Apalagi dengan Ilmunya Allah. 

mohon maaf sekiranya ada kesalahan dan kekurangan, karena itu adalah cerminan dari kekurangan dan kelemahan yg ada pada diri saya. Sebaliknya, sekiranya ulasan di atas bermanfaat, tentu itu datangnya dari Allah semata).

Click Here ~

UNTUK BAHAN RENUNGAN BUAT PELAJAR KITA

Pernahkah kamu merenungkan atau memikirkan betapa ayahmu, ibumu, bersusah payah megupayakan biaya untuk sekolah kamu. Apakah itu untuk keperluan buku-buku pelajaran buat kamu, beli pakaian seragam sekolah buat kamu, bekerja banting tulang buat kasih uang jajan ke kamu, dan banyak lagi untuk kamu yang lainnya. Jadi ...............................

Segala macam yang diupayakan orang tuamu itu tentu dengan niat dan harapan agar kamu dikemudian hari bisa bermanfaat dan berguna bagi keluargamu, masyarakatmu, agamamu, dan negaramu.

Tidak pernah ada orang tua yang bersusah payah banting tulang guna biaya untuk membesarkan kamu, menyekolahkan kamu dengan niat supaya kamu kelak jadi jambret misalnya, jadi gelandangan misalnya, jadi pengangguran misalnya, jadi preman misalnya, jadi pecandu narkoba misalnya, dan banyak lagi jadi-jadian yang lainnya. Jelas tidak pernah ada orang tua yang berniat seperti itu di muka bumi.

Dan sekiranya dikemudian hari terbukti memang benar kamu seperti itu, alangkah kecewanya ibu dan bapakmu. Menangis hati kecil mereka. Pengorbanan mereka membesarkan kamu, menyekolahkan kamu, menyayangi kamu menjadi sia-sia.

Jerih payah mereka berkebun, berladang, bertani, di bawah terik panas matahari, dan kadang di bawah guyuran hujan lebat di sawah demi anak kesayangan mereka ternyata gagal membuahkan hasil sebagaimana yang mereka harapkan dari kamu. Betapa sesungguhnya perasaan pedih, pilu, nestapa, hati kedua orang tuamu melihat kamu tidak sebagaimana yang mereka idam-idamkan.

Mari pelajar semua, renungkan, pikirkan, dan selami perasaan dan harapan orang tuamu ke kamu. Wujudkan mimpi mereka, bahagiakan hati mereka dengan giat belajar, rajin bersekolah, berbakti kepada mereka mumpung mereka masih dipanjangkan umur untuk menyaksikan kesuksesan kamu yang dikasihi dan disayangi mereka. Jangan lukai hati dan perasaan mereka. Amiiiiiin.

Click Here ~

Minggu, 01 Maret 2009

PENTINGNYA KURIKULUM MUATAN LOKAL KAB BARITO KUALA YANG BERBASIS RELIGIUS

Kurikulum muatan lokal berbasis religius yang merupakan hasil kerja tim perancang dan pengembang kurikulum Kabupaten Barito Kuala ---terlepas dari kekurangan dan kelemahannya---
patut pula kita syukuri karena dengan telah disusunnya kurikulum muatan lokal berbasis religius setidak-tidaknya memberikan kejelasan maksud, arah, serta tujuan yang ingin di capai oleh para guru yang mengajarkan mata pelajaran muatan lokal disaat berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas. Sebab yang terjadi selama ini, mata pelajaran muatan lokal tidak memiliki referensi yang jelas, standarisasi kompetensi menjadi bias. Akibatnya mata pelajaran mulok seolah-olah merupakan beban tambahan saja bagi murid dan dianggap nyaris tidak mempunyai nilai tambah. Sehingga termasuk kategori mata pelajaran yang dianggap tidak esensial selama ini.

Oleh karenanya, penerapan kurikulum produk lokal yang disusun dan dirancang oleh pihak dinas bekerja sama dengan beberapa kepala sekolah dan sejumlah guru, mengandung maksud dan tujuan yang strategis. Di mana kurikulum mulok yang telah di lounching, substansinya di arahkan untuk meningkatkan kemampuan anak didik kita dalam membaca dan menulis Al-Qur'an.

Cukup sederhana memang kesannya, namun memiliki makna yang dalam. Karena apabila ditinjau dari kacamata agama, penerapan kurikulum ini mengandung tugas yang sangat mulia. Terlebih apabila didasari spirit keagamaan yang tulus, tentu membawa dampak positif dalam upaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan anak didik kita. Mereka para siswa, kita harapkan menjadi insan-insan yang selalu gemar membaca Al-Qur'an, mencintai Al-Qur'an, dapat berperilaku qur'ani di tengah-tengah kehidupan yang semakin maju dan modern.

Dengan demikian, maka diharapkan nilai tambah dan esensi kurikulum muatan lokal berbasis religius Kab. Barito Kuala tidak kalah penting dibandingkan dengan mata pelajaran yang di-UNAS-kan atau mata pelajaran iptek lainnya.

Mata pelajaran muatan lokal berbasis religius yang stressingnya atau penekanannya adalah pada "Seni Baca Tulis Al-Qur'an" diharapkan muncul sebagai penyeimbang pendidikan duniawi dan ukhrawi bersama-sama mata pelajaran agama.

Apalagi kalau dikaitkan dengan konteks lingkungan masyarakat Batola yang nuansa keagamaannya masih tinggi serta masih memegang kuat dogma-dogma agama, maka eksistensi kurikulum muatan lokal berbasis religius sangatlah sesuai. Untuk itulah maka ke depannya nanti Disdik Batola menghendaki tiap jenjang pendidikan umum, para siswa lulusannya harus sudah bisa membaca Al-Qur'an. Inilah yang kita maknai bersama di dalam penerapannya di sekolah-sekolah umum lingkungan binaan Disdik Batola.

Untuk itu, kepada para guru muatan lokal, ajarkanlah seni baca tulis Al-Qur'an kepada siswa kita dengan sabar, bijaksana serta disertai ketulusan supaya apa yang dilakukan tercatat sebagai amal kebajikan.



Click Here ~

GURU DITUNTUT MAMPU MENGEMBANGKAN 4 MACAM KECERDASAN

Tujuan dan sasaran pendidikan kita seharusnya tidak melulu hanya di arahkan pada upaya pembentukan kecakapan atau kecerdasan intelektual semata, tetapi juga sudah seharusnya bersamaan dengan upaya pembentukan dan penampaan kecerdasan lainnya yang tidak kalah urgennya, yakni kecakapan spiritual, kecakapan emosional, dan kecakapan kinestesi.Oleh karenanya, kepada para pendidik diharapkan agar keempat jenis kecakapan atau kecerdasan yang hendak dicapai tersebut hendaknya setara diajarkan berimbang di sekolah oleh setiap guru. Karena apapun ragam dan macam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sebagaimana yang dikehendaki dan diamanatkan undang-undang pendidikan kita, pada dasarnya tidaklah berdiri sendiri. Setiap mata pelajaran saling kait-mengkait satu dengan yang lainnya.

Dengan begitu maka sudah tidak relevan lagi jikalau masih ada anggapan di antara para pendidik ---dalam hal ini guru--- yang menganggap bahwa pembentukan kecakapan atau kecerdasan spiritual dan emosional anak didik hanyalah tugas dan tanggung jawab para guru-guru agama dan pendidikan kewarganegaraan saja. Dan untuk pembentukan kecakapan kinestesi semata-mata menjadi tugas dan tanggung jawab para guru olahraga dan keterampilan, sedangkan penempaan dan pembentukan kecakapan intelektual adalah tugas guru-guru pengetahuan umum dan eksakta.
Sekarang tidak lagi, semua pendidik (guru) dituntut harus mampu mengarahkan dan mengajarkan anak didiknya untuk memiliki keempat aspek kecakapan atau kecerdasan dimaksud supaya kita tidak hanya terampil mencetak manusia yang cerdas secara intelektual namun miskin akan pengetahuan agama dan kepekaan sosial serta tidak tidak sehat jasmani dan rohani sebagaimana yang kita lihat dan rasakan selama ini dari produk dunia pendidikan kita.

Sudah banyak memang yang cakap dan cerdas secara intelektual, memiliki pemikiran yang brilliant, namun sayang di sisi lain ia kehilangan kecakapan dan kecerdasan spiritual serta emosionalnya. Sehingga memunculkan sikap angkuh, arogan, eksklusif, rada cuek, maa bodoh, individualis, memandang orang lain berkasta-kasta dan kehilangan sifat silaturrahim dengan sesama. Jadilah mereka sosok yang jauh dari apa yang disebut sebagai manusia yang 'Insan Kamil".

Kebalikannya, ada yang cerdas secara spiritual, namun kurang cerdas secara intelektual dan emosional, akibatnya dalah ketertinggalan, bertabi'at agak keras dan sedikit militan dalam menyikapi sebuah perbedaan, kehilangan kesantunan kepada yang bukan sesama, memiliki pandangan yang negatif terhadap terhadap kemajuan peradaban dan modernitas, dan lemah di dalam berkompetensi di kancah global yang sebenarnya diharapkan mampu membawa kemajuan bagi ummat berlandaskan dinulhaq. Demikian pula dengan dua macam bentuk kecakapan atau kecerdasan linnya, apabila hanya satu sisi yang dikuasai, tidak yang lainnya, akan sama kekurangannya. Kita tidak mencetak manusia yang paripurna.

Oleh sebab itu, sudah saatnya kita wujudkan proses belajar mengajar yang mampu merasuki tiap wilayah kecerdasan sebagaimana hal di atas dengan memaksimalkan kepiawaian setiap individu pendidik (guru) untuk dapat merancang metodologi pembelajaran yang melingkupi keempat aspek tersebut disaat berlangusngnya interaksi guru dan murid di ruang kelas dan di lingkungan sekolah pada umumnya.

Selamat bertugas, semoga tercapai apa yang hendak kita tuju, yakni mencetak manusia yang insan kamil.

Click Here ~