
Hanya saja, apakah semua itu sudah cukup? Jawabnya akan kita coba bahas sedikit diblog ini...
Memang faktanya banyak juga guru pintar atau guru cerdas, tapi belum tentu guru cerdas atau guru pintar tersebut mampu menularkan kecerdasannya kepada muridnya. Sebab kian cerdasnya si guru terkadang malah tak tertelan ujaran-ujarannya oleh si murid yang berbeda-beda tingkat inteligensinya. Sehingga yang tambah cerdas cuman si guru itu sendiri. Si murid tak mampu menggapai pola pikir si guru. Hasil akhirnya adalah hanya 10% dari isi materi yang termakan si murid.
Artinya adalah bahwa guru yang cerdas saja belum tentu menjadi sebuah jaminan si muridnyanya ikut-ikutan cerdas. Oleh karena itu, si guru haruslah pula menguasai teknik berkomunikasi. Siapa, apa, dan bagaimana, tingkat audiens yang dihadapinya. Karena penalaran si guru berbeda jauh dengan tingkat penalaran anak didiknya.
Maka dari itu, untuk mengukur daya serap diperlukan sebuah umpan balik. Namun yang umum dilakukan utk cek umpan balik tersebut hanyalah dalam bentuk penugasan-penugasan dan soal-soal latihan atau ulangan yang diberikan oleh guru.
Lantas cukupkah itu? Jawabnya belum sepenuhnya terukur. Karena yang diukur dan yang digali hanya daya serap si murid saja. Sementara si guru selama ini belum pernah mendapat penilaian jujur dan terbuka dari si murid. Karena setiap guru pastilah memiliki kelemahan dan kekurangan pula yang tentunya berdampak kepada si murid.
Untuk itulah perlu keberanian dan kebesaran hati bagi si guru untuk menjaring tanggapan, opini, penilaian, dan kritik konstruktif para siswa terhadap gaya mengajar, teknik mengajar, metode mengajar si guru dalam sudut pandang anak didiknya. Dan ini sesungguhnya penting dibudayakan agar guru mengenali dan menyadari titik kekurangan dan kelemahannya untuk kemudian melakukan perbaikan.
Bentuknya dapat saja berupa angket yang memuat item-item pertanyaan yang sifatnya menggali tanggapan anak didik secara jujur, objektif, dan apa adanya. Awalnya memang terasa menyesakkan bagi si guru. Tapi lama-kelamaan pasti akan terbiasa. Dan hasilnya akan sungguh luar biasa.
Mari, cobalah membangun keberanian dan kebesaran jiwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat raport mengajar kita. Jangan hanya murid yang diberikan raport penilaian. Take and give, oke???